Sumber: wikipedia.com
Gambar struktur molekul Karbondioksida
Jumlah karbondioksida yang berlebih di atmosfer akan mengakibatkan
terjadi pemanasan global (eprint.kompas.com, 2015). Proses pemanasan global ini
disebut dengan efek rumah kaca. Konsep rumah kaca disini mirip dengan rumah
kaca yang digunakan untuk membudidayakan tanaman. Energi yang masuk ke dalam
rumah kaca lebih besar dibandingkan dengan jumlah enegi yang keluar sehingga di
dalam rumah kaca akan terasa lebih hangat karena adanya sejumlah energi yang
terperangkap. Proses seperti itu juga terjadi di atmosfer dengan melibatkan gas
CO2.
Di dalam www.ilmugeografi.com ; www.pengertianpakar.com; dan Bimantara
dalam Kompas (2015) dijelaskan bahwa gas CO2 dan gas-gas lainnya
yang termasuk ke dalam gas rumah kaca akan melayang-layang di antara bumi dan
lapisan atmosfer dan membentuk suatu lapisan seperti selimut. Sinar matahari
yang mengandung sejumlah energi dapat menembus lapisan ini menuju permukaaan
bumi. Ketika ada sebagian sinar matahari yang dipantulkan kembali ke atmosfer,
maka lapisan gas rumah kaca dapat menyerap energi infra merah dan kemudian menyebarkannya
ke segala arah. Ketika jumlah gas CO2 sesuai, maka jumlah energi
yang dipantulkan kembali dapat menjaga suhu bumi agar tetap hangat. Namun,
ketika jumlah gas tersebut melebihi jumlah yang seharusnya, maka jumlah energi
yang dipantulkan kembali ke bumi akan semakin banyak sehingga suhu bumi akan
meningkat.
Peningkatan jumlah gas karbon dioksida terus terjadi sejak berjalannya Revolusi
Indutri (Kahn dalam Scientific American, 2016; Wikipedia.com). Meningkatnya
suhu bumi dapat mencairkan es di kutub. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa es
di kutub utara telah menyusut 13,4% per decade sejak tahun 1970-an. Penyusutan jumlah
es ini menyebabkan permukaan air laut manjadi naik. Penelitian terbaru juga
menunjukkan bahwa permukaan air laut naik sekitar 1 kaki dalam 120 tahun
terakhir dan suhu meningkat sekitar 1,8 0F (1 0C) secara
global (Kahn dalam Scientific American, 2016). Peningkatan jumlah gas
karbondioksida dari tahun 1990 – 2010 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Sumber: Wikipedia
Grafik perubahan konsentrasi gas CO2 oleh
Observatorium Mauna Loa
Referensi
Bimantara, J. G. (2015). Pengamatan Lapangan Efek Karbon Dioksida. Kompas.com (edisi 28 Februari
2015). Dapat diakses di http://print.kompas.com/baca/2015/02/28-%281%29/Pengamatan
Lapangan-Efek-Karbon-Dioksida
2015). Dapat diakses di http://print.kompas.com/baca/2015/02/28-%281%29/Pengamatan
Lapangan-Efek-Karbon-Dioksida
Kahn, B. (2016). Antarctic CO2 Hit 400
PPM for First Time in 4 Million Years (The Most Remove
Continent on Earth has Caught Up With Its More Populated Counterparts. Scientific
American. Dapat diakses di http://www.scientificamerican.com/article/antarctic-co2-hit
400-ppm-for-first-time-in-4-million-years
Continent on Earth has Caught Up With Its More Populated Counterparts. Scientific
American. Dapat diakses di http://www.scientificamerican.com/article/antarctic-co2-hit
400-ppm-for-first-time-in-4-million-years
www.ilmugeografi.com, dapat diakses di http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi-/meteorologi/proses
terjadinya-efek-rumah-kaca-yang-menyebabkan-pemanasan-global
terjadinya-efek-rumah-kaca-yang-menyebabkan-pemanasan-global
www.pengertianpakar.com, dapat diakses di http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian
penyebab-dampak-pemanasan-global.html
penyebab-dampak-pemanasan-global.html
www.wikipedia.org, dapat diakses di https://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksida
No comments:
Post a Comment